Belajar Menurut Pandangan Islam, Masa Pandemi Covid-19
Oleh: Dina Widiastuti
Sumatera Post – Manusia adalah makhluk sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT, sebagai khalifah di bumi, hal ini tentunya bertujuan untuk memimpin dunia. Oleh karena itu Allah memberikan nikmat berupa pancaindra yang begitu sempurna dan akal untuk berpikir. Bekal yang diberikan oleh Allah SWT selalu harus dijaga dan digunakan sebaik-baiknya untuk mencapai kesempurnaan insani. Mencapai suatu kesempurnaan insani itu diperlukan yang namanya proses belajar.
Pada hakikatnya belajar makna memahami atau pemahaman terhadap berbagai masalah yang dihadapi baik berupa informasi maupun pengalaman. Proses belajar pun bisa dilakukan baik secara individu maupun terbuka. Belajar juga merupakan suatu proses yang dapat mengubah tingkah laku sebagai hasil dari pengaruh lingkungan disekitar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam perspektif agama (Islam) belajar suatu kewajiban bagi setiap individu yang percaya dalam memperoleh ilmu pengetahuan sebagai upaya untuk meningkatkan kecerdasan dan derajat kehidupan.
الله الذﻳﻦ امﻨوا Artinya
: “”…. Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang yang beriman dan berilmu.” (QS al-Mujadalah:11)
Ilmu dalam ayat di atas tidak hanya sekedar mencari ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu lain yang sekiranya masih relevan dengan kemajuan zaman, tentunya ilmu-ilmu yang bermakna positif dan bermanfaat.
Lalu, bagaimana konsep belajar dalam perspektif Islam?
Konsep belajar dalam Islam tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan secara rasional saja, tetapi mencakup seluruh kebutuhan jasmani dan rohani secara seimbang. Oleh karena itu, manusia sejak lahir telah memiliki potensi masing-masing yang harus terus dikembangkan.
Proses belajar itu sendiri telah ada sejak diciptakannya Adam sebagai manusia di bumi. Adam pun diperkenalkan dengan asma' (nama-nama) dijelaskan yang dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah. 31-33, yang berbunyi: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) secara keseluruhan, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika mamang benar orang-orang yang benar!” 32. menjawab Mereka: “Maha suci, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah dibuat bersama dengan kami; Sungguh Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku katakan, dalam ayat di atas Adam diperkenalkan oleh Allah nama-nama tersebut dengan bahasa. sehingga Adam mampu mengungkapkan konsep dan pengertian, ia mempelajari apa yang ada di sekitarnya sebagai salah satu sumber pengetahuan. Begitupun dengan ayat pertama yang diturunkan Allah dalam QS. al-Alaq, kata “Iqra”…. yang artinya membaca. Ayat tersebut ditujukan kepada pula akan karunia yang diberikan Allah dengan ciptaannya tulisan-tulisan untuk mempelajari bahasa, bacaan, dan pengetahuan.
Adapun metode lain yang ditawarkan Islam dalam belajar adalah berfikir. Sistem belajar dengan metode berfikir ini bisa dalam bentuk diskusi. Sebagaimana dalam Al-Quran telah menjelaskan tentang musyawarah: “Dan musyawarahlah dengan mereka dalam urusan bersama”. (QS; Ali Imran: 159). Berdiskusi merupakan hal yang seharusnya tidak asing lagi bagi pelajar ataupun mahasiswa.
Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas 2020 dilakukan di tengah wabah Covid-19. Kemendikbud secara khusus mengangkat “Belajar dari Covid-19″ sebagai tema Hardiknas 2020.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengajak seluruh insan pendidikan di tanah air mengambil hikmah dan pembelajaran dari krisis Covid-19. “Belajar memang tidak selalu mudah, tapi inilah saatnya kita meniru. Saatnya kita melakukan berbagai eksperimen. Inilah saatnya kita mendengarkan hati nurani dan belajar dari Covid-19,” pesan Mendikbud Nadiem. “Saat ini kita sedang melalui krisis Covid-19. Keris yang memakan begitu banyak nyawa. Krisis yang menjadi tantangan luar biasa bagi negara kita dan seluruh dunia,” ujar Mendikbud Nadiem. Namun ia menambahkan, “Dari krisis ini kita mendapatkan banyak hikmah dan pembelajaran yang bisa kita gunakan saat ini dan setelahnya.
Terciptanya solidaritas yang semakin kuat antara murid, guru dan orang tua. Memupuk rasa empati yang merupakan suatu pembelajaran yang harus kita kembangkan pada saat kritis seperti ini maupun hingga pandemi berakhir. Jadikan segala keterbatasan ini menjadi keinginan untuk meningkatkan usaha serta agar semua dapat segera membaik. Mari belajar dari sebuah pengalaman, satukan tujuan agar terciptanya negeri yang aman.
Sumber:
Jurnal Sakilah – Belajar dalam Perspektif Islam Kaitannya dengan Psikologi Belajar:
Cimahi, 13 Januari 2022
Penyusun
No comments:
Post a Comment